Jumat, 31 Mei 2013

Tiger Stone: Mesin Penyusun Block Paving

Add caption
Block paving (atau yang sering dikenal dengan nama batako) merupakan alternatif pengganti aspal. Sering digunakan pada jalanan dimana lalu lintas kendaraan relatif sedikit dan untuk tujuan estetika. Proses penyusunan block paving ini biasanya masih dilakukan secara manual yang membutuhkan banyak tenaga, waktu dan seringkali membuat sakit pada pinggang, lutut. Vanku BV, perusahaan dari Belanda membuat solusi untuk mengatasi masalah ini dengan membuat mesin penyusun block paving yang dinamakan Tiger Stone.
Tiger Stone tidak dapat bekerja secara otomatis dan masih mebutuhkan 2-3 orang pekerja untuk memasukkan batu bata ke dalam mesin, akan tetapi dengan mesin ini jauh lebih efisien dibandingkan dengan proses manual. Perusahaan mengklaim dapat membuat 300 meter persegi jalanan dari block paving.




Tipe Pola - Pola Aliran Material pada Perancangan Tata Letak dan Fasilitas


Dalam perancangan tata letak kita harus memperhatikan proses yang terjadi dalam keseluruhan fasilitas tersebut. Untuk itu salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah pola aliran material di dalam proses tersebut. Ada beberapa pola aliran material/bahan yang umum digunakan, yaitu:

1. Straight Line (Pola Aliran Garis Lurus)

Pada umumnya pola ini digunakan untuk proses produksi yang pendek dan relatif sederhana, dan terdiri atas beberapa komponen.

Gambar Pola Aliran Garis Lurus

2. Serpentine (Pola Aliran Zig-Zag)
Pola ini biasanya digunakan bila aliran proses produksi lebih panjang daripada luas area.pada pola ini, arah aliran diarahkan membelok sehingga menambah panjang garis aliran yang ada. Pola ini digunakkan untuuk mengatasi keterbatasan area.
Gambar Pola Aliran Zig-Zag

3. U-Shaped (Pola Aliran Bentuk U)
Dilihat dari bentuknya, pola aliran ini digunakan bila kita menginginkan akhir dan awal proses produksi berada di lokasi yang sama. Keuntungannya adalah meminimasi penggunaan fasilitas material handling dan mempermudah pengawasan.

Gambar Pola Aliran Bentuk U



4. Circular (Pola Aliran Melingkar)
Pola ini digunakan apabila departemen penerimaan dan pengiriman berada di lokasi yang sama.

Gambar Pola Aliran Melingkar

5. Odd Angle (Pola Aliran Sudut Ganjil)
Pola ini jarang dipakai karena pada umumnya pola ini digunakan untuk perpindahan bahan secara mekanis dan keterbatasan ruangan. Dalam keadaan tersebut, pola ini memberi linatsan terpendek dan berguna banyak pada area yang terbatas.
Gambar Pola Aliran Sudut Ganjil

Tjoret Studio: Desain Komunikasi Visual, Interior, dan Produk

Tjoret Creative Studio merupakan studio yang bergerak di bidang desain, baik desain komunikasi visual, interior, maupun produk. Studio ini berdiri pada tanggal 11 Maret 2009 dan diprakarsai oleh beberapa alumni Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD-ITB). Studio ini terletak di daerah Bandung bagian utara yang dikenal memiliki hawa sejuk, sehingga dalam berkarya dapat lebih terfokus dan tidak terganggu oleh kebisingan kota.
Pada lima bulan terakhir, Tjoret Creative Studio mengembangkan sebuah workshop atau bengkel kerja yang mampu memproduksi hasil karya dari para desainer Tjoret Creative Studio. Workshop yang diberi nama Tjoret Workshop (T-works) ini juga dapat memproduksi berbagai produk permintaan klien yang berupa furnitur, elemen estetis, dan aksesoris interior. Material produk yang dapat diolah oleh T-works adalah kayu, bambu, batu, dan resin.
Selain itu, T-works juga sedang mengembangkan sebuah produk retail yang diberi nama ‘Why Products’. Produk-produk ‘Why’ ini berupa berbagai macam produk peralatan rumah tangga (homeware) yang terbuat dari bambu. Yang merupakan produk ‘Why’ tersebut di antaranya vas bunga, gantungan baju, lampu meja, lampu gantung, dan tempat sendok.
Check this out!
http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=8xtoe_NRVCI

Dalam proses berkreasi, para desainer Tjoret Creative Studio mendapatkan inspirasi dari berbagai isu yang berkembang di masyarakat. Misalnya, divisi grafis yang membuat cover Facebook sesuai tema hari-hari penting dan bersejarah, baik dalam skala nasional maupun internasional, dengan desain menarik memanfaatkan bentuk persegi dan persegi panjang yang telah disediakan oleh Facebook. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya anak-anak muda, terhadap peristiwa penting yang terjadi di masa lampau. Ada juga kalender Tjoret 2013 yang mengangkat tema invasi alien ke Bandung. Di dalam setiap lembarnya, disisipkan gambar-gambar yang menerangkan Bandung, mulai dari makanan khas hingga tempat-tempat wisatanya. Setiap lembarnya juga dapat dimanfaatkan menjadi beragam benda yang dapat digunakan sehari-hari, misalnya tempat tisu, pigura, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk mengajak masyarakat agar lebih peduli lingkungan, serta mampu mengurangi sampah (zero waste).
Lain divisi lain pula karya yang dihasilkan. Pada divisi produk, setelah workshop (T-works) berjalan, mampu menghasilkan sebuah karya nyata, yaitu produk retail yang diberi nama ‘Why Products’. Produk tersebut berupa vas bunga, gantungan baju, lampu meja, lampu gantung, dan wadah sendok. Bambu dipilih sebagai bahan baku pembuatan produk-produk ‘Why’, karena merupakan sumber daya alam yang mudah diperbarui dan ramah lingkungan. Selain itu, pemanfaatan tanaman bambu dapat dilakukan pada seluruh bagiannya. Terlebih lagi, masyarakat sudah mulai menyadari dampak dari pemanasan global yang semakin meluas, sehingga dibutuhkan suatu aksi untuk mengurangi dampaknya. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan berbagai produk yang ramah lingkungan.

Read more at http://indonesiakreatif.net/article/creativepreneur/tjoret-studio-desain-komunikasi-visual-interior-dan-produk/#uy5BGU8Scr5MvR74.99 

Bambu yang digunakan merupakan bambu yang memiliki kualitas baik dan sudah melalui proses pengawetan agar tahan terhadap cuaca dan tahan lama. Proses pembuatan produk tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Sebelum akhirnya menjadi sebuah produk yang bernilai jual dan estetis, para desainer produk dari Tjoret Creative Studio melakukan berbagai macam percobaan, hingga akhirnya ditemukan cara yang tepat dalam pengolahan bambu. Pemanfaatan tanaman bambu menjadi berbagai macam produk oleh Tjoret Creative Studio yang diwakili oleh T-works menjadi sebuah produk bambu yang diharapkan dapat menambah ragam produk bambu yang telah ada.






Tjoret Studio
e: mail@tjoret.com
w: www.tjoret.com | www.t-workshop.com
f: http://www.facebook.com/tjoretstudio
t: @tjoretcs
Sumber:indonesiakreatif.net
Translator: Beta Divotya

Kimi Accessories : Dari Sumbu Kompor sampai ke Luar Negeri


Mulanya Rizky Danastri, pemilik Kimi Accessories, hanya senang membuat dan mendesain berbagai jenis aksesoris, seperti kalung, anting, cincin, gelang, dan lain-lain, untuk kebutuhan sendiri. Namun pada tahun 2010, keluarganya yang memiliki Yayasan Danastri Kusuma, meminta Rizky untuk turut membantu yayasan yang peduli dalam bidang pendidikan tersebut agar tetap bertahan. Akhirnya Rizky dan keluarganya terpikir untuk mengajak orang-orang yang berada di yayasan untuk mengisi waktu luang dengan membuat berbagai perhiasan yang semua proses pengerjaannya menggunakan tangan.
Rizky yang kala itu tengah menyelesaikan tugas akhir kuliah di Universitas Indonesia (UI), lebih memfokuskan diri untuk memberikan arahan desain dan proses pengerjaannya dibantu dengan saudara lainnya. Sementara pemasaran aksesoris yang ternyata mulai banyak peminatnya tersebut, dilakukan oleh saudaranya yang lain melalui jejaring sosial dan website secara online. Setelah kondisi ekonomi Yayasan Danastri Kusuma stabil, akhirnya produk aksesoris yang diberi nama Kimi Accessories itu dikelola oleh Rizky, sementara yayasan yang berada di Jakarta tersebut sepenuhnya kembali hanya bergerak dalam bidang pendidikan.
“Ketika saya sudah selesai kuliah, pengelolaan dilakukan saya sendiri. Begitupun saat mengikuti berbagai pameran dan bazaar, juga penjualan di website,” tutur perempuan kelahiran 24 tahun silam ini kepada Indonesia Kreatif saat ditemui di Jawa Barat Expo Tourism and Craft 2013, Graha Manggala Siliwangi, Bandung, Sabtu (11/5).
Bahan Sumbu Kompor
Selain menggunakan material yang sudah biasa digunakan untuk membuat perhiasan, seperti manik-manik, batu-batuan, besi, dan kain perca, Rizky bereksplorasi menggunakan sumbu kompor untuk membuat kalung dan gelang. Penggunaan sumbu kompor tersebut bukan tanpa alasan. Di kawasan tempat tinggal Rizky, yaitu Jagakarsa, Jakarta Selatan, banyak perajin yang memproduksi sumbu kompor. Tetapi karena pada tahun 2010, pemerintah melakukan konversi minyak tanah ke gas LPG, mereka tidak lagi dapat memasarkannya karena masyarakat banyak yang tidak memakai kompor minyak tanah. Akhirnya Rizky pun mengubah sumbu kompor tersebut dengan sentuhan yang kreatif tanpa terlihat bahan aslinya menjadi perhiasan yang cantik untuk digunakan perempuan dalam menunjang penampilannya. Hasil produksi Kimi Accessories tidak hanya diminati oleh pecinta aksesoris di Tanah Air, tetapi telah memasuki pasar luar negeri, seperti Argentina, Korea Selatan, Jerman, dan Amerika Serikat.
“Sampai sekarang aksesoris yang terbuat dari sumbu kompor masih tetap banyak peminatnya. Dalam membuat aksesoris tersebut bahan yang digunakan 80-90 persen berasal dari dalam negeri,” tutur Rizky.

Aksesoris yang dibuat Rizky ditujukan untuk kalangan remaja sampai dengan dewasa, dengan berbagai tema, mulai dari etnik, simpel, dan glamor. Di samping itu aksesoris berupa kalung, anting, cincin, gelang, scarf, bros, dan aksesoris rambut yang dihasilkan, bisa disesuaikan berdasarkan waktu dan kesempatan acara yang akan dihadiri. Ada aksesoris simpel yang dapat digunakan untuk kegiatan sehari-hari, yang sedikit glamor maupun etnik untuk mempercantik penampilan di kesempatan istimewa, atau pun aksesoris bertaburan batu-batu perhiasan dan manik-manik untuk pesta. Harga untuk aksesoris tersebut bervariasi, mulai dari Rp 80.000 ke atas.
Rata-rata Kimi Accessories memproduksi 1.000-3.000 pcs aksesoris per bulan, dengan dibantu oleh 3-8 pegawai dan beberapa pegawai lepas, tergantung pada jumlah pesanan aksesoris yang dibuat. “Bahkan dalam sebulan bisa juga ada pesanan di atas 5.000 pcs pesanan dari dalam dan luar negeri,” katanya.
Rizky mengaku hambatan dalam menekuni bidang industri kreatif ini, yaitu terlalu banyaknya orang yang tidak menghargai hasil  karya cipta orang yang pertama membuatnya, dengan meniru produk yang dibuatnya. “Hambatan di dunia fashion, termasuk aksesoris, adalah plagiarisme. Tapi hal itu justru mendorong saya untuk lebih kreatif lagi. Barang-barang aksesoris yang impor dari Cina juga mematikan harga lokal,” sambungnya.
Untuk waktu yang akan datang, Rizky berharap Kimi Accessories tersebar di seluruh dunia, dan bisa membuka cabang penjualan langsung di Amerika Serikat. Sampai sekarang selain penjualan secara online dan membuka toko di Mall of Indonesia Kelapa Gading Jakarta, Kimi Accessories sering mengikuti berbagai bazar dan pameran, baik berskala regional, nasional, dan internasional.
Website : accessories-kimi.com
Foto: Yatni Setianingsih dan dokumentasi Kimi Accessories | Editor: Intan Larasati
Sumber: indonesiakreatif.net
by Yatni Setianingsih

Arifin Purwakananta: Indonesia Masih Butuh Banyak RS Nonprofit yang Melayani

Sumber: detikNews
by Nograhany Widhi K 
Selasa, 19/02/2013

Jakarta - Kasus bayi Dera Nur Anggraeni yang meninggal karena tidak dapat pelayanan rumah sakit dengan alasan kamar penuh membuat publik geram. Sentimen publik lebih menilai penolakan rumah sakit itu sebagian besar karena faktor finansial dan terkesan komersial. Nah, perlu lebih banyak RS nonprofit di Indonesia ketimbang yang cari untung. Bagaimana konsep RS nonprofit ini?

Gagasan RS nonprofit ini dilempar Direktur Dompet Dhuafa (DD) Arifin Purwakananta di twitternya, @purwakananta. Bahkan RS nonprofit ini sudah didirikan DD setahun lalu di Parung, Bogor, dengan nama Rumah Sehat Terpadu (RST).

"Satu gagasan di mana rumah sakit hospital tempat di mana masyarakat mendapat layanan. Pendirian RS atau hospital didorong, diniatkan tidak sebagai bisnis yang mencari keuntungan yang disetor pada pendiri, pemilik. Tapi seperti sebuah lembaga sosial di mana RS didirikan tidak untuk mencari keuntungan tapi melayani. Bukan profit yang dicari, tapi benefit yang didorong," kata Arifin saat berbincang dengandetikcom.

Berikut wawancara lengkap dengan Arifin Purwakananta yang juga menjabat sebagai Ketua Humanitarian Forum Indonesia dan President Association of Fundraising Profesional (AFP) Indonesia pada Selasa (19/2/2013):

Bisa dijelaskan kembali mengenai konsep RS nonprofit, mengenai skema pembiayaan dan mengumpulkan dana operasionalnya, termasuk bagaimana cara membayar dokternya?

Satu gagasan di mana rumah sakit atau hospital, tempat di mana masyarakat mendapat layanan kesehatan, pendiriannya diniatkan tidak sebagai bisnis yang mencari keuntungan yang disetor pada pendiri, pemilik. Tapi seperti sebuah lembaga sosial, tidak untuk mencari keuntungan tapi melayani. Bukan profit, tapi benefit yang didorong.

Beda dengan rumah sakit gratis, itu proses yang lain. Ini pada pelaksanaannya bisa gratis bisa bayar. Kalau RS ujung-ujungnya komersial, mesti berharap pasien itu datang terus. Dengan adanya pasien, dia dapat uang. Kalau RS nonprofit, dia pasiennya semakin dikit semakin senang, sehingga uangnya bisa digunakan untuk mengobati yang lain.

Di sana kita juga berpromosi kesehatan, kampanye agar minim memakai obat-obatan karena itu adalah racun, atau memakai obat yang alami atau herbal. Pada pelaksanaannya akan jauh berbeda dengan RS komersial. Praktik miring yang sering ditulis di media, dijejali obat-obatan yang banyak, itu bisa terjadi kalau RS didirikan dengan motif komersial.

DD sejak 2001 sudah ada Klinik Layanan Cuma-cuma (KLC), berbeda dengan nonprofit. Klinik ini gratis, upaya membuat layanan kesehatan terjangkau oleh orang miskin, tidak membebankan biaya pengobatan kepada si sakit yang miskin. Dana kegiatan diambil dari orang kaya yang tidak sakit. Kami menyebutnya jaminan sosial bidang kesehatan, kami gunakan dana zakat untuk membantu orang miskin yang sakit.

Nah ini sudah diatur pemerintah, subsidi asuransi kesehatan, Jamkesmas dan jaringan sosial sudah ada. Masalahnya, RS sendiri yang nonprofit sedikit. Begitu masuk harus ada uang jaminan rumah sakit, ini yang bisnis dan komersial.

Kami sendiri lebih senang memberi contoh daripada demo sana-sini dan kritik sana-sini. Makanya kami mendirikan Rumah Sakit Rumah Sehat Terpadu, karena di UU nggak boleh kalau nggak ada rumah sakitnya. Ini rumah sakit yang didirikan full, seperti RS betulan yang tidak mencari profit.

Menjadi penting ya profit-nonprofit ini. Bayangkan kalau RS didirikan untuk bisnis, targetnya seperti jual panci seperti itu, bermain-main dengan nyawa. Pendiriannya diwarnai hal-hal yang komersial, bukan tidak halal, boleh saja, hanya menjadi tidak pas.

Sebenarnya banyak RS milik pemerintah yang nonprofit. Tapi kalau dia mencari keuntungan itu menjadi salah.

Berapa banyak seharusnya RS Nonprofit yang didirikan di Indonesia?

Seharusnya separuh dari RS yang ada ini nonprofit. Cita-cita saya, seandainya orang miskin ini separuh dari masyarakat kita, yang pendapatannya US$ 2 per hari itu, jumlah RS yang nonprofit itu harusnya separuh dari jumlah RS yang ada. 

Kalau menurut BPS kemiskinan kita 30 persen ya 30 persen itu RS yang nonprofit. Tetap ada layanan bagi orang kaya yang bisa mendapatkan luxury dalam perawatan kesehatan. Namun orang biasa yang miskin, bisa mendapatkan pelayanan kesehatan bukan karena ingin membayar, tapi karena haknya dilayani sebagai warga negara.

Yang saya bicarakan ini fundamental ya. Saya bicara keras pada layanannya. Layanan sudah baik, tapi pendirian RS cari untung, gimana dong? Bayangkan, ada anak orang kaya dan miskin datang ke rumah sakit. Datangnya sama-sama, tapi konsep RS yang mencari untung pasti memilih yang bayar.

Ini fundamental. Tapi saya memang tidak memaksakan semua RS harus nonprofit. Silakan bagi orang-orang yang punya uang yang halal, kaya boleh, mendapatkan pelayanan yang berlebih boleh. Tapi tetap ada pelayanan bagi kebanyakan masyarakat bukan karena punya uang, tapi karena dilayani haknya.

Kalau RST DD di Parung Bogor, bagaimana modelnya?

Kita mula-mula ada Layanana Kesehatan Cuma-cuma (LKC), seperti Puskesmas kecil, ada di banyak kota. Sejak 2 tahun lalu kami bangun Rumah Sehat Terpadu, selesai tahun 2012. RST ini gabungan antara nonprofit hospital dan gratis. 

Profit memang tidak harus gratis, karena bisa dibayar asuransi atau komunitas orang kaya. Tetapi boleh gratis. Prinsipnya, tak perlu mencantumkan keuntungan dalam biaya berobat, biaya dokter dan sabagainya. Tak perlu ada margin keuntungan itu karena tidak diniatkan RS untuk mengambil itu.

Nonprofit itu, coba bayangkan kalau kita datang ke kelurahan, lurah kan tidak cari untung tiap tahun. Seperti gubernur, tidak mencari untung, tapi melayani. Kalau di sini biayanya semua dari dana zakat. 

Bagaimana metode filter penerimaan pasiennnya, pakai Surat Tanda Keterangan Miskin (SKTM) yang dibuat pemerintah atau bagaimana?

Kami punya sistem, ada tim survei. Setelah disurvei kami memberi mereka kartu member. Kalau kartu itu (SKTM) justru malah membantu tim survei kami, karena langsung mengetahui kalau mereka miskin. 

Kalau nggak punya member, kami layani saja. Kami kan nggak boleh nolak pasien. Kalau miskin gratis, kalau merasa Bapak kaya boleh berinfak, bagi yang mampu. Yang merasa punya mobil, motor. Kami tadinya mau layani orang-orang yang mau bayar. Hasil diskusi, kalau ada yang mau bayar, kami akan sulit ajari frontliner kami untuk bisa tersenyum sama orang miskin. 

Apa tenaga dokternya tetap dibayar profesional?

Dokternya tetap dibayar profesional, kaya di NGO ajalah. Harus dibayar betul karena melayani orang sakit betulan. Jangan dokter-dokter yang nilainya jeblok, malah bahaya. Harus berkembang. Kita tidak mungkin dapat SDM yang baik manakala manajemen tidak berpikir profesional.

Sebenarnya sama dengan RS yang lain, hanya kita, orang-orang yang bekerja di RS ini harusnya sadar, lahir karena ingin melayani. 

Apa tak kewalahan tangani pasien?

Masih, masih kewalahan, orang yang datang makin banyak, kapasitas makin terbatas. Jumlah RS seperti kita masih sedikit. Kalau RS seperti ini makin banyak, orang akan bisa memilih. Sekarang masih sendiri, karena itu masih menumpuk di satu titik.

Kalau ke depan saya harap makin banyak orang buat seperti RST maka kita akan senang, masyarakat bisa memilih yang terbaik.

Apa parameter keberhasilan nonprofit hospital ini?

Bukan uang ya, tapi benefit. Bagaimana sistem layanan, banyaknya layanan. Kita misalnya, melihat apakah ada kaitannya antara kerja-kerja promosi kesehatan dengan penurunan biaya kesehatan.

Di Parung, ada sekelompok kita kasih penyuluhan di kampung untuk hidup sehat. Bulan berikutnya, yang sakit ternyata lebih sedikit, kita senang tuh. Ini bedanya antara RS kita dengan RS yang cari laba. 

Kalau RS yang cari laba, senang kalau orang sakit naik. Kalau kami senang yang sakit makin sedikit. Dokternya promosi kesehatan buat sehat, makanya disebut rumah sehat, membuat orang menjadi sehat, bukan menjadi sakit.

Upaya kita membuat komunitas menjadi sehat, ada senam TB, senam diabetes, promosi kesehatan. Agar orang sakitnya berkurang, biaya berobatnya menurun. Misalnya, yang sakit malaria, bulan ini 10 kemudian datang ke RST, bulan depan jadi 2 orang. Biayanya kan jadi jauh lebih murah. 

RS komersial, makin senang kalau yang datang banyak. Seperti tukang cukur, kalau yang cukur banyak malah senang. Kalau pemadam kebakaran beda, kalau bisa jangan ada yang kebakaran.

Dalam twit Bapak disebutkan: 'Rumah sakit saat ini adalah institusi bisnis. Diniatkan utk mencari keuntungan. Disini kesalahan fundamentalnya'. Padahal selama ini orang berpikir bisnis yang paling menguntungkan kalau tidak kesehatan ya pendidikan. Nah sulitkan mengubah paradigma itu?

Sulit, kami ini omongnya belakangan, kerjanya dulu. Dulu pertama kali kami buat KLC, diketawain. 'Ah sampai kapan sanggup bantuin gratis orang-orang'. Kita bilang, kalau zakat masih ada, akan terus jalan.

Di negara maju, RS tidak dianggap sebagai tambang uang, karena warga yang sakit itu dilayani betul. Di negara kita, luar biasa hebatnya, rakyat dibiarkan sendirian.

Di luar negeri contoh RS nonprofit ini apa saja?

Cari saja, ketik 'nonprofit hospital', nanti kan banyak yang keluar. Di Amerika, Hong Kong, negara-negara maju lainnya, negara itu membuat rakyatnya dilayani, saya tidak bilang dimanjakan.

RS profit tetap ada bagi orang-orang kaya, seperti untuk kecantikan atau orang-orang tertentu yang membayar luxury, silakan. Kalau nonprofit hospital, saya kira perlu 30-50 persen dari total RS kita, agar bisa melayani sebanyak mungkin orang miskin.

Jadi intinya, pertama, sistem layanan mikro. Kedua, model pendanaan. Banyak mention ke akun saya bertanya, uangnya dari mana? RS profit itu sebenarnya ada anggarannya, hanya dia ingin mencari keuntungan. Nonprofit tidak mencari untung, tapi melayani.

Kamis, 30 Mei 2013

20 Logo dengan Simbol Tersembunyi (part 1)

Perkembangan desain logo dimulai pada saat revolusi industri, seiring dengan kebutuhan periklanan perusahaan-perusahaan pada saat itu. Seni yang pada awalnya merupakan sebuah bentuk ekspresi dan dekorasi mulai berkembang ke arah komersial.  
Dalam dunia periklanan, desain logo dan branding adalah salah satu pilar utama identitas perusahaan. Dibalik logo yang sepertinya tampak sederhana terdapat banyak pemikiran yang lebih. Desain logo menunjukkan identitas, ciri khas dan filosofi. Berikut ini 20 logo dengan simbol tersembunyi.

1. Logo Amazon.com

Arah panah warna kuning dari huruf “A” sampai “Z” membentuk wajah tersenyum.

2. Logo Atlanta Falcon

Logo tim Football NFL Atlanta Falcons memiliki desain grafis yang mudah dilihat seperti burung elang dan juga membentuk huruf “F”.

3. Logo Baskin Robbins

Logo Baskin Robbins terdiri dari dua warna. Apabila kita mencermatinya lebih jauh lagi, pada bagian huruf berwarna merah muda akan membentuk angka 31, yang merupakan simbolisasi dari jumlah rasa ice cream Baskin Robbins.

4. Logo Eight

Pada desain kreatif ini, setiap huruf terdiri dari bagian tertentu dari angka “8″. Gambar kedua membantu memvisualisasikan desain logo.

5. Logo Eighty 20

Pada bagian kotak-kotak logo Eighty20, apabila dibaca dalam bilangan biner (1010000 dan 0.010.100) yang masing-masing membentuk angka 80 dan 20.

6. Logo FedEx

Ruang putih antara huruf “E” dan “X” membentuk simbol panah yang sempurna, menunjukkan perusahaan bergerak maju dan melihat ke depan.

7. Logo Goodwill

Gambar wajah tersenyum sebenarnya adalah huruf “G” yang diperbesar dan dipotong sedikit.

8. Logo Hartford Whalers

Logo tim hockey Hartford Whalers (sekarang berubah nama Carolina Hurricanes) memiliki desain logo yang unik. Huruf “H” terbentuk dari warna hijau pada bagian bawah logo. Warna biru membentuk ekor ikan paus. Banyak makna yang terkandung dari logo yang tampaknya sederhana.

 9. Logo Hershey’s Kisses

Logo Hershey Kisses memiliki konsep yang hampir mirip dengan logo FedEx. Diantara huruf “K” dan “I” terdapat ciuman tersembunyi (Hershey Chocolate Kiss).


10. Logo London Symphony Orchestra

Logo London Symphony Orchestra tidak hanya membentuk huruf “LSO”, tetapi juga terlihat seperti seorang konduktor orkestra dengan huruf “L” dan “O” yang menyerupai lengan.

Rabu, 29 Mei 2013

Berpikir Sederhana


Berpikirlah sederhana dan jadilah orang sederhana 

Atau jadilah orang sederhana yang berpikir sederhana

Berpikirlah sederhana sesederhana orang sederhana berpikir

Berpikirlah bahwa hari ini adalah kesempatan

Kesempatan membangun hidupmu untuk hari esok

Hidupmu besok ditentukan hari ini, itulah pemikiran orang sederhana

Berpikirlah sederhana dengan mensyukuri semua yang ada

Jadilah orang sederhana yang selalu ingin menjadi orang yang punya

Dan tetaplah berpikir sederhana dengan mengingat hidup orang sederhana

Hiduplah layak orang sederhana berpikir sedang kau adalah orang yang punya



Quote 8

"Bangunlah sikap syukur dan syukurilah atas segala sesuatu yang terjadi pada diri Anda, melangkah ke depan untuk menerima sesuatu yang lebih besar dan lebih baik dari situasi Anda sekarang"
- Brian Tracy

Minggu, 26 Mei 2013

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Quotes

“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.

Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.

Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.” 
― Tere LiyeDaun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

“Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.” 
― Tere LiyeDaun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

“Kebaikan itu memang tak selalu harus berbentuk sesuatu yang terlihat.” 
― Tere LiyeDaun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin



Sumber:
www.goodreads.com