Gambar: rifay.wordpress.com
Hidup sekali, berarti, lalu mati.
Puitis banget ngga sih, 3 kalimat yang memiliki banyak makna..
Jadi teringat akan salah satu tugas pelajaran bahasa Indonesia dulu, hmm 7 tahun yang lalu mungkin, semasa tingkat SMP.
Seorang guru superb yang memberikan kami tugas untuk mengungkapkan arti dari puisi terpendek di Indonesia (katanya) karya Sitor Situmorang.
Begini bunyinya:
Malam Lebaran
Bulan di atas kuburan
Dahsyat banget ngga tu..
Silahkan memaknainya secara logika dan filosofis, boleh banget..
Balik lagi ke topik awal..
Beberapa prakata orang-orang yang sudah membaca buku ini yang membuat semakin kepengen membacanya, beginilah katanya:
“Hidup menjadi berarti jika ‘nilai rapor’ diisi tinggi oleh orang di sekitar yang merasakan kehadiran pemilik rapor. Buku ini menjelaskan & mengajak semua untuk memberi arti pada hidup. Baca & rasakan hawa bahagia yang terus-menerus datang saat untaian contoh disini dilakoni”.
DR. Ponijan Liaw, Komunikator No. 1 Indonesia
“Ingin hidup anda lebih bermakna bagi diri sendiri dan sesama? Nah, miliki buku ini”.
Ippho Santosa, Penulis 7 Keajaiban Rezeki
“Saya mengoleksi semua buku Rifai. Kalimat-kalimatnya selalu sukses menyentuh emosi yang paling dalam. Termasuk buku ini. Bikin ketawa, bikin terharu, tak jarang bikin air mata leleh tak terasa. Keren!”.
Aisyah Christy, Penulis buku ‘Ya Allah, Bimbing Hamba menjadi Wanita Salehah’
“Sadar hidup dan hidup sadar adalah dua hal yang saling memengaruhi motivasi untuk menjadi sebaik-baik manusia–yang paling bermanfaat untuk makhluk lain. Senyampang hidup, baiknya Anda membaca buku ini yang ditulis dengan komplet dan inspiratif. Anda akan menemukan apa sebenarnya desain Tuhan untuk hidup Anda. Senang membacanya.”
Bambang Trim, Writerpreneur & komporis buku Indonesia.
“Hidup memang hanya sekali, tapi jika kita bisa memanfaatkannya sebaik mungkin, maka itu sudah lebih dari cukup. Hidup adalah untuk memberi sebanyak-banyaknya, dan bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya, seperti apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw, ‘Sebaik-baik manusia diantara kalian adalah yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain’. Itulah makna hidup sebenarnya, bagaimana keberadaan kita di dunia ini bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi orang lain. Buku ini membahas secara gamblang tentang apa arti hidup dan apa yang harus kita lakukan agar nama kita akan selalu harum dan dikenang. Highly recommended!”
Muhammad Assad, Pengusaha, Penulis Buku National Bestseller “Notes From Qatar“
“Buku ini mengajak kita untuk kembali pada ‘peran’ hidup kita di dunia ini. Tak usah menilai orang lain, tapi hitunglah: sudah seberapa besar kontribusi kita sendiri bagi kehidupan yang cuma sekali ini. Benar, buat hidup ini penuh arti. Bukan sekadar mengulang-ngulang rutinitas saja, tapi lebih dari itu: hidup harus penuh dengan produktivitas. Bagaimana caranya? Dapatkan jawabannya di buku ini!”.
Dwi Suwiknyo, Pendiri Pesantren Penulis,
“Membaca buku ini serupa benar dengan duduk bersisihan dengan penulis, dan berbincang tentang beragam hal bagaimana seharusnya melakoni hidup. Bahasanya mengalir jernih dan memberi kesegaran bagi pembacanya. Hal
hidup, memberi arti hidup dan kematian adalah tiga tema berat dan, karenanya, membuat dahi berkerut amat dalam saat membahas dan membacanya. Di dalam buku ini, oleh penulisnya, ketiga tema berat itu dibahasakan
dalam gaya bertutur yang ringan dan, bahkan, mengasyikkan. Lebih dari itu, buku ini menjadi sangat menarik karena si penulis mengalami apa yang ditulisnya”.
Dr. Darmaji, M.Si, dosen Matematika ITS Surabaya
“Buku ini memacu kita untuk terus berkarya dalam mengisi kehidupan yang hanya satu kali dengan pengabdian yang terbaik, serta senantiasa bersyukur atas segala ujian dan kenikmatan yang telah diberikan-Nya”.
Cahyo Kartiko, Praktisi Perbankan Syariah, Pengurus Asosiasi Bank Syariah Indonesia
“Jasad ini milik tanah, dia akan kembali ke tanah, sementara ruh yang bersemayam adalah milik Allah, dan suatu saat akan dimintaNya, lantas bagian mana yang menjadi milik kita, dialah amalan kita. Buku Karya sahabat saya ini “Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati” adalah solusi agar hidup tidak hanya hidup tapi hidup untuk kehidupan, Lets Make a life not just a living!”
Ryan Martian, Penulis Buku Best Seller Funtastic Learning, Trainer dan Konsultan SDM
“Menarik dan inspiratif! Termasuk sosok yang manakah kita?. Yang memaknai hidup atau yang hanya sekedar menjalani dan melewatinya?. Temukan jawabannya di sini”.
Danang Ambar Prabowo, Juara 1 Mahasiswa Berprestasi Nasional, Inspirator Sang Pembuat Jejak
“Hidup macamana korang semua memaknainya and menjalaninya.semua terpulang atas cara korang masing-masing. Korang kena ingat bahawa kitorang hidup hanya sekali,,jangan sia-siakan hidup korang sendiri. Jangan sampai korang buat macam-macam benda tapi tak de makna. Nak tahu lebih banyak lagi, korang lekas-lekas lah beli buku ni tau. Semoga korang tak sia-siakan hidup. Aamiin”.
Agustin Dwi Sumiwi, Pensyarah di Ranaco Education & Training Institute, Malaysia
“Membaca buku ini, kita akan belajar apa yang telah disumbangkan Gandhi, Rachel Corrie, Kartini pada dunia. Dan sungguh, kita ingin mengutip kata-kata yang telah dipahatkan oleh penulisnya”.
Sinta Yudisia, penulis novel Takhta Awan, Pengurus FLP
“Saat membaca naskah buku Ahmad Rifa’i Rif’an ini, saya seperti sedang melahap makanan favorit saya, yaitu Gado-gado. Tema tulisan memang beraneka-ragam, tapi justru itu letak gizi buku ini. Gaya bahasanya sangat gurih: kata sederhana, namun puitis; kalimat pendek, namun makna luas; dan paragraf berliku, namun mengalir jernih. Sungguh beruntung bagi siapa saja yang membaca buku ini!”
Udo Yamin Majdi, penulis buku Quranic Quotient, pendiri Word Smart Center (WSC) dan pengasuh Rumah Cerdas WSC Garut.